Kehidupan
Muslim Sebagai Agama Minoritas di Chongqing, Tiongkok
Masjid di Chengdu, Sichuan, China |
Bagaimana sih rasanya hidup sebagai agama
minoritas di negara lain? Susah ga sih cari makanan halalnya? Bagaimana sih
pandangan warga non Islam pada muslim sebagai agama minoritas? Mungkin masih
banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang muncul di benak kita kalau mendengar
muslim sebagai agama minoritas di negara lain.
Sepertinya sudah lama sekali ya aku tidak berbagi
cerita melalui lama blog ini. Rindu rasanya lama tidak menulis di blog. Nah,
kali ini aku akan cerita tentang pengalamanku sebagai muslim agama minoritas di
Tiongkok. Pengalaman berharga ini aku dapatkan saat menjadi mahasiswa asing di
negeri tirai bambu tersebut. Kehidupan selama lima bulan lebih di sana banyak
menimbulkan cerita dan pengalaman yang sangat indah untuk berbagi.
Tiongkok merupakan negara dengan penduduk
terbanyak di dunia dengan ekonominya yang sangat berkembang pesat akhir-akhir
ini. Penduduk di Tiongkok sendiri sebenarnya tidak terlalu menganut agama atau
bisa disebut mereka tidak percaya agama. Mereka lebih menyebutnya dengan sistem
kepercayaan. Sistem kepercayaan di Tiongkok sendiri ada beberapa jenis misalnya
Taoisme, Konghuchu, Budha dan sistem kepercayaan tradisional lainnya. Namun
selain itu juga ada agama Islam, Kristen dan Katolik yang juga masuk ke
Tiongkok.
Bedasarkan hasil wawancara dengan teman-teman
orang Tiongkok dan pengajaran dosen saat di kelas, sebagian besar masyarakat
Tiongkok tidak memiliki agama. Tapi teman-teman dan para dosen terkadang sangat
“kepo” dengan kita yang beragama, misalnya dengan kami orang-orang Indonesia
yang beragama Islam. Mereka sering bertanya agama Islam itu bagaimana, cara
ibadahnya, hari rayanya, dan sebagainya. Tetapi sebagian besar dari mereka
memang sangat dangkal sekali tentang Islam. Ya secara Islam kan agama minoritas
ya di sana.
Agama Islam di Tiongkok juga dianut oleh suku
minoritas di Tiongkok, misalnya oleh suku Hui dan suku yang tinggal di provinsi
Xinjiang. Ya, sebagian besar muslim di sana berasal dari daerah Xinjiang.
Kenapa Xinjiang banyak orang Islamnya? Karena secara geografis daerah Xinjiang
terletak di Tiongkok bagian barat yang berbatasan langsung dengan daerah timur
tengah dan negara-negara –Tan (Kazakhstan, Kyrgistan, dll.). makanya banyak deh
orang Islam dari sana. Nah, karena kita orang Indonesia ciri-ciri fisiknya
masih mirip dengan orang Tiongkok, terkadang kita sering dianggap sebagai suku
minoritas yang berasal dari Xinjiang sana. Kadang suka sebel sih kalo kayak
gitu, sudah dibilang berasal dari Indonesia kadang masih ga tahu mana itu
Indonesia.
Lalu bagaimana kehidupan sebagai muslim di
Tiongkok?
Menurutku sih jawabannya susah-susah gampang ya
bukan gampang-gampang susah. Tahu kan
bedanya? Hehe. Pertama sih karena lumayan susah juga untuk mendapatkan makanan
halal. Tapi jangan takut, di kampus ada kok kantin halalnya, biasanya sih yang
jualan orang muslim dari Xinjiang itu. Hampir setiap kampus di Tiongkok pasti
ada kantin halalnya. Menurutku yang paling mengejutkan ialah kantin halal
sangat amat bersih dibanding kantin umum. Jadi selain udah terjamin karena yang
jualan, tapi juga kondisinya yang bersih makin membuat hati kita lega.
Tapi kalau mau cari makanan di luar sih yang agak
susah, di luar kampus jarang banget ada tempat makan halal. Jadi kalau mau
makan di luar kampus harus benar-benar lihat tempat makannya apa ada babi dan
minyak babinya atau tidak. Ada sih di luar kampus tempat makan halal, tepatnya
ada di sekitar masjid. Nanti di videonya ada kok masjidnya kayak apa, nah
kelihatan juga tuh nanti tempat makan halalnya gimana. Tapi selama ini sih aku
lebih sering masak sendiri ya, soalnya di asrama juga ada dapurnya, selain aman
pastinya juga lebih hemat, hehe.
Menyinggung soal masjid nih, jadi di kota
Chongqing sendiri setauku ada dua masjid, satunya di dekat kampus South west
university (letaknya jauh banget dari kampusku, waktu tempuh bisa sampai dua
jam naik kereta bawah tanah), satunya lagi di dekat stasiun Jiaochangkou
(sekitar 13 stasiun dari kampusku). Tenang aja kalau bingung nanti ada kok
video perjalanan menuju ke masjid. Nah, untuk menuju ke masjid waktu tempuh
yang dibutuhkan sekitar 40 menit naik kereta bawah tanah. Jadi ya lumayan jauh
juga sih. Kalau aku sih rutin ke masjidnya waktu sholat Jumat saja.
Alhamdulillah juga kelasku selesai jam 12 siang, jadi masih ada waktu untuk
perjalanan karena sholat jumat dimulai
pukul 13.30 waktu Chongqing.
Inti dari cerita kali ini sih aku bahagia banget
sebagai muslim agama minoritas di Tiongkok. Walaupun agak susah mendapatkan
makanan halal, tapi jadi dapat banyak hikmah untuk selalu taat kepada Allah
walau banyak cobaan. Menurutku sih hal yang paling mengharukan dan buat
merinding ketika bisa dengar adzan di masjid. Soalnya kan gak bisa dengar adzan
tiap 5 waktu sholat kayak di Indonesia. Mungkin cukup sekian cerita dariku,
selamat menyaksikan video dariku ya! Terima kasih.