Minggu, 12 Maret 2017

Mendengar Adzan di Tiongkok yang Mengharukan



Kehidupan Muslim Sebagai Agama Minoritas di Chongqing, Tiongkok
Masjid di Chengdu, Sichuan, China

Bagaimana sih rasanya hidup sebagai agama minoritas di negara lain? Susah ga sih cari makanan halalnya? Bagaimana sih pandangan warga non Islam pada muslim sebagai agama minoritas? Mungkin masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang muncul di benak kita kalau mendengar muslim sebagai agama minoritas di negara lain.

Sepertinya sudah lama sekali ya aku tidak berbagi cerita melalui lama blog ini. Rindu rasanya lama tidak menulis di blog. Nah, kali ini aku akan cerita tentang pengalamanku sebagai muslim agama minoritas di Tiongkok. Pengalaman berharga ini aku dapatkan saat menjadi mahasiswa asing di negeri tirai bambu tersebut. Kehidupan selama lima bulan lebih di sana banyak menimbulkan cerita dan pengalaman yang sangat indah untuk berbagi.

Tiongkok merupakan negara dengan penduduk terbanyak di dunia dengan ekonominya yang sangat berkembang pesat akhir-akhir ini. Penduduk di Tiongkok sendiri sebenarnya tidak terlalu menganut agama atau bisa disebut mereka tidak percaya agama. Mereka lebih menyebutnya dengan sistem kepercayaan. Sistem kepercayaan di Tiongkok sendiri ada beberapa jenis misalnya Taoisme, Konghuchu, Budha dan sistem kepercayaan tradisional lainnya. Namun selain itu juga ada agama Islam, Kristen dan Katolik yang juga masuk ke Tiongkok.

Bedasarkan hasil wawancara dengan teman-teman orang Tiongkok dan pengajaran dosen saat di kelas, sebagian besar masyarakat Tiongkok tidak memiliki agama. Tapi teman-teman dan para dosen terkadang sangat “kepo” dengan kita yang beragama, misalnya dengan kami orang-orang Indonesia yang beragama Islam. Mereka sering bertanya agama Islam itu bagaimana, cara ibadahnya, hari rayanya, dan sebagainya. Tetapi sebagian besar dari mereka memang sangat dangkal sekali tentang Islam. Ya secara Islam kan agama minoritas ya di sana.

Agama Islam di Tiongkok juga dianut oleh suku minoritas di Tiongkok, misalnya oleh suku Hui dan suku yang tinggal di provinsi Xinjiang. Ya, sebagian besar muslim di sana berasal dari daerah Xinjiang. Kenapa Xinjiang banyak orang Islamnya? Karena secara geografis daerah Xinjiang terletak di Tiongkok bagian barat yang berbatasan langsung dengan daerah timur tengah dan negara-negara –Tan (Kazakhstan, Kyrgistan, dll.). makanya banyak deh orang Islam dari sana. Nah, karena kita orang Indonesia ciri-ciri fisiknya masih mirip dengan orang Tiongkok, terkadang kita sering dianggap sebagai suku minoritas yang berasal dari Xinjiang sana. Kadang suka sebel sih kalo kayak gitu, sudah dibilang berasal dari Indonesia kadang masih ga tahu mana itu Indonesia.

Lalu bagaimana kehidupan sebagai muslim di Tiongkok?
Menurutku sih jawabannya susah-susah gampang ya bukan gampang-gampang susah.  Tahu kan bedanya? Hehe. Pertama sih karena lumayan susah juga untuk mendapatkan makanan halal. Tapi jangan takut, di kampus ada kok kantin halalnya, biasanya sih yang jualan orang muslim dari Xinjiang itu. Hampir setiap kampus di Tiongkok pasti ada kantin halalnya. Menurutku yang paling mengejutkan ialah kantin halal sangat amat bersih dibanding kantin umum. Jadi selain udah terjamin karena yang jualan, tapi juga kondisinya yang bersih makin membuat hati kita lega.

Tapi kalau mau cari makanan di luar sih yang agak susah, di luar kampus jarang banget ada tempat makan halal. Jadi kalau mau makan di luar kampus harus benar-benar lihat tempat makannya apa ada babi dan minyak babinya atau tidak. Ada sih di luar kampus tempat makan halal, tepatnya ada di sekitar masjid. Nanti di videonya ada kok masjidnya kayak apa, nah kelihatan juga tuh nanti tempat makan halalnya gimana. Tapi selama ini sih aku lebih sering masak sendiri ya, soalnya di asrama juga ada dapurnya, selain aman pastinya juga lebih hemat, hehe.

Menyinggung soal masjid nih, jadi di kota Chongqing sendiri setauku ada dua masjid, satunya di dekat kampus South west university (letaknya jauh banget dari kampusku, waktu tempuh bisa sampai dua jam naik kereta bawah tanah), satunya lagi di dekat stasiun Jiaochangkou (sekitar 13 stasiun dari kampusku). Tenang aja kalau bingung nanti ada kok video perjalanan menuju ke masjid. Nah, untuk menuju ke masjid waktu tempuh yang dibutuhkan sekitar 40 menit naik kereta bawah tanah. Jadi ya lumayan jauh juga sih. Kalau aku sih rutin ke masjidnya waktu sholat Jumat saja. Alhamdulillah juga kelasku selesai jam 12 siang, jadi masih ada waktu untuk perjalanan  karena sholat jumat dimulai pukul 13.30 waktu Chongqing.

Inti dari cerita kali ini sih aku bahagia banget sebagai muslim agama minoritas di Tiongkok. Walaupun agak susah mendapatkan makanan halal, tapi jadi dapat banyak hikmah untuk selalu taat kepada Allah walau banyak cobaan. Menurutku sih hal yang paling mengharukan dan buat merinding ketika bisa dengar adzan di masjid. Soalnya kan gak bisa dengar adzan tiap 5 waktu sholat kayak di Indonesia. Mungkin cukup sekian cerita dariku, selamat menyaksikan video dariku ya! Terima kasih.