Selasa, 03 November 2015

Mencintai Brendung Dengan Ikut Langsung Memainkannya




Lomba Blog Jateng 2015 Periode 6


Brendung? Apa itu?

Brendung adalah sebuah kesenian tradisional yang terdapat di desa Sarwodadi, Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang. Berawal dari lomba film pendek yang akan aku ikuti, akhirnya aku mencari tahu sebuah kesenian tradisional yang ada di daerahku.  Aku mencari tahu bersama anggota ekstrakurikuler Jurnalistik dan TIK yang akan menjadi kelompok dalam perlombaan film tersebut. Kemudian salah seorang kakak kelas anggota ekstrakurikuler Jurnalistik memberitahuku bahwa di desanya ada sebuah kesenian kuno yang sudah sangat jarang dimainkan, nama kesenian itu Brendung. Aku baru pertama kali mendengarnya dan langsung tertarik untuk membuat film tentang kesenian itu.

Perkenalkan nama aku Tiar. Aku seorang siswa kelas XI di sekolah yang kata orang-orang merupakan sekolah terbaik di kabupaten Pemalang, SMAN 1 Pemalang. Setelah sekitar seminggu pembentukan kelompok pembuatan film untuk lomba, aku semakin tidak sabar dengan kesenian Brendung. Berbagai pertanyaan selalu muncul dalam benakku, seperti apa itu brendung? Bagaimana bentuknya? Serta hal-hal lainnya.

Singkat cerita, akhirnya saya sampai di desa Sarwodadi, kecamatan Comal, menempuh waktu sekitar 20 menit ke arah timur melalui jalan pantura dari sekolahku di jalan Gatot Subroto, Pemalang. Sebelumnya kakak kelasku yang asli orang Comal sudah meminta ijin untuk menyelenggarakan pertunjukkan Brendung kepada pihak desa dan kelompok kesenian Brendung. Sebab pertunjukkan tersebut tidak sembarang dipentaskan, karena melalui beberapa tahap ritual yang harus dilakukan. Ya, benar sekali Brendung merupakan kesenian kuno yang terdapat ritual mistis di dalamnya.

Jadi kesenian Brendung merupakan kesenian asli desa Sarwodadi yang berbentuk boneka perempuan cantik yang terbuat dari batok kelapa dan tubuhnya dari bambu, memakai baju panjang, berjilbab serta diberi nama Juleha. Boneka brendung memiliki tinggi sekitar satu meter dan biasanya dimainkan oleh tiga orang atau lebih serta diiringi oleh beberapa macam alat musik tradisional. Konon ceritanya Brendung ini merupakan jelmaan sosok bidadari yang cantik. Dulu Brendung dimainkan seusai musim panen sebagai rasa syukur, namun kadang juga dipentaskan saat musim kekeringan tiba untuk mengusir roh jahat agar warga dapat bertani kembali.


Sebelum pertunjukkan dimulai Brendung harus dibawa terlebih dahulu menuju sebuah pohon keramat di desa Sarwodadi yang diyakini memiliki aura mistis dan sangat dijaga keberadannya agar tidak ditebang. Ritual kali ini dipimpin oleh bapak Pardi serta ibu sesepuh di desa Sarwodadi. Ritual yang harus dilakukan sebelum pertunjukkan adalah dengan cara membakar kemenyan di bawah pohon keramat dan dibacakan mantera oleh pak Pardi dan ibu sesepuh desa yang tidak aku pahami karena seperti menggunakan bahasa Jawa Kuno. Ketika memasuki kebun yang terdapat pohon keramat tersebut aku mulai merasakan aura mistis disekitarnya.

Ritual sebelum pertunjukkan dengan cara membakar kemenyan di bawah pohon keramat


Lantas kenapa kesenian Brendung memiliki ritual mistis di dalamnya? Jadi saat pertunjukkan, boneka Brendung dimainkan dengan cara diangkat oleh beberapa orang. Saat diangkat itulah boneka Brendung yang bernama Juleha itu akan terasa sangat berat dan menari-nari sendiri tanpa bantuan orang yang memainkannya, seperti terdapat sosok makhluk yang merasuki boneka Brendung. Pada awalnya aku dan beberapa teman kelompok pembuatan film tidak percaya dengan hal tersebut. Akan tetapi setelah mencoba merasakannya sendiri baru lah kita percaya bahwa hal tersebut benar adanya.

Kemudian karena aku sangat tertarik dengan kesenian Brendung ini, akhirnya aku memutuskan untuk ikut serta memainkannya. Sebelum pertunjukkan aku dikenalkan beberapa alat musik pendukung dan dilatih oleh pak Pardi untuk belajar memainkannya. Aku memutuskan memilih memainkan alat musik yang lumayan mudah yaitu alat yang terbuat dari gentong tanah liat yang berukuran sedang dan alat pemukulnya yang menggunakan bambu masing-masing berjumlah dua buah.

Ada juga alat musik lain yang sangat berbeda dan tidak ditemui di pertunjukkan lain yaitu alat musik yang terbuat dari bambu berukuran sekitar 30 cm berjumlah dua buah. Cara memainkan alat musik tesebut yaitu dengan cara memukulkannya ke bata merah sesuai dengan irama yang diinginkan. Selain alat musik tersebut juga masih ada sebuah gendang, gamelan serta sinden yang menyanyikan lagu dan syair berbahasa Jawa. Konon ceritanya lagu oleh sinden tersebut merupakan mantera untuk memanggil roh-roh halus dan memasuki boneka Brendung. Perpaduan beberapa alat musik tersebut menghasilkan irama yang sangat pas dan sesuai untuk mengiringi boneka Brendung bernama Juleha.

Pak Pardi saat mengajariku memainkan alat musik untuk mengiringi Brendung


Setelah melakukan beberapa persiapan serta teman-teman siap untuk merekam Brendung akhirnya pertunjukkan siap dilaksanakan. Pada mulanya aku sangat grogi karena ini pertama kalinya aku ikut serta melihat pertunjukkan Brendung ditambah lagi juga pertama memainkan alat musik pengiringnya. Namun, pikirku ini akan menjadi pengalaman yang sangat luar biasa indah. 

Tidak terasa warga sekitar juga mulai berkumpul dan sangat antusias untuk melihat pertunjukkan Brendung. Awalnya saat persiapan hanya sedikit anak-anak yang sedang bermain ikut serta mengganggu ritual di pohon keramat. Tetapi, aku merasa senang dengan kehadiran anak-anak tersebut karena mereka juga bisa belajar ritual dari awal sampai akhirnya Brendung dapat dipentaskan. Suatu saat anak-anak di desa itu bahkan desa lain juga tetap dapat memainkan dan melestarikan kesenian yang sudah sangat jarang dipentaskan ini.

Warga masayarkat desa Sarwodadi memang sangat antusias dengan keberadaan kami karena tidak hanya banyak siswa SMA membawa banyak kamera tetapi juga memang sangat tertarik untuk menyaksikan pertunjukkan Brendung ini. Mereka sangat jarang melihat pertunjukkan ini karena memang sudah jarang untuk dimainkan, hanya waktu tertentu saja Brendung dapat dipentaskan. Kami termasuk kelompok yang sangat beruntung karena dapat meminta Brendung untuk dipentaskan tetapi dengan ritual yang lebih singkat. Namun untuk hari-hari tertentu yang sangat penting, ritualnya akan menjadi lebih lama. Beberapa hari sebelum dimainkan Brendung harus diletakkan sekian hari di bawah pohon keramat dan melewati beberapa ritual lainnya. Aku harap mulai sekarang dan seterusnya Brendung akan lebih sering dipentaskan baik dalam acara di lingkungan Pemalang maupun luar Pemalang.

Pada akhirnya, aku tersadar dengan ikut memainkan alat musik ini, bahwa kalau bukan generasi muda sepertiku yang melestarikannya, lalu siapa lagi? Aku mencoba memulai mencintai kesenian tradisional yang ada di daerahku dengan ikut serta memainkannya. Semoga kesenian Brendung asli desa Sarwodadi Kabupaten Pemalang ini bisa lebih sering dimainkan pada beberapa kesempatan pertunjukkan budaya. Kemudian selain harus mendapatkan perhatian dan dukungan dari pemerintah, warga sekitar juga harus ikut melestarikan kesenian kuno ini termasuk generasi muda sepertiku karena Brendung merupakan aset seni dan budaya yang harus dijaga keberadannya.



3 komentar:

  1. boleh minta no hp mas, saya org pemalang lagi dalam proses skripsi ttg brendhung. mhon bntuannya mas, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, masalahnya itu saya berkutat dengan brendung pas SMA mas, skrg sudah lulus kuliah, hehe. tapi rumahku deket sih dengan tempat brendung itu.
      085786225841
      gatau juga nih bisa bantu apa,hehe

      Hapus
  2. Playtech signs multi-brand distribution deal with NGT
    Playtech has announced a multi-brand distribution deal with 남원 출장샵 NGT. It 나주 출장샵 will give its online gaming 세종특별자치 출장마사지 products more 남양주 출장샵 power to 군산 출장샵 market in a number

    BalasHapus