Lomba Blog Jateng 2015 Periode 6 |
Brendung?
Apa itu?
Brendung
adalah sebuah kesenian tradisional yang terdapat di desa Sarwodadi, Kecamatan
Comal, Kabupaten Pemalang. Berawal dari lomba film pendek yang akan aku ikuti,
akhirnya aku mencari tahu sebuah kesenian tradisional yang ada di
daerahku. Aku mencari tahu bersama
anggota ekstrakurikuler Jurnalistik dan TIK yang akan menjadi kelompok dalam
perlombaan film tersebut. Kemudian salah seorang kakak kelas anggota
ekstrakurikuler Jurnalistik memberitahuku bahwa di desanya ada sebuah kesenian
kuno yang sudah sangat jarang dimainkan, nama kesenian itu Brendung. Aku baru
pertama kali mendengarnya dan langsung tertarik untuk membuat film tentang
kesenian itu.
Perkenalkan
nama aku Tiar. Aku seorang siswa kelas XI di sekolah yang kata orang-orang
merupakan sekolah terbaik di kabupaten Pemalang, SMAN 1 Pemalang. Setelah
sekitar seminggu pembentukan kelompok pembuatan film untuk lomba, aku semakin
tidak sabar dengan kesenian Brendung. Berbagai pertanyaan selalu muncul dalam
benakku, seperti apa itu brendung? Bagaimana bentuknya? Serta hal-hal lainnya.
Singkat
cerita, akhirnya saya sampai di desa Sarwodadi, kecamatan Comal, menempuh waktu
sekitar 20 menit ke arah timur melalui jalan pantura dari sekolahku di jalan
Gatot Subroto, Pemalang. Sebelumnya kakak kelasku yang asli orang Comal sudah
meminta ijin untuk menyelenggarakan pertunjukkan Brendung kepada pihak desa dan
kelompok kesenian Brendung. Sebab pertunjukkan tersebut tidak sembarang dipentaskan,
karena melalui beberapa tahap ritual yang harus dilakukan. Ya, benar sekali
Brendung merupakan kesenian kuno yang terdapat ritual mistis di dalamnya.
Jadi
kesenian Brendung merupakan kesenian asli desa Sarwodadi yang berbentuk boneka
perempuan cantik yang terbuat dari batok kelapa dan tubuhnya dari bambu, memakai
baju panjang, berjilbab serta diberi nama Juleha. Boneka brendung memiliki
tinggi sekitar satu meter dan biasanya dimainkan oleh tiga orang atau lebih
serta diiringi oleh beberapa macam alat musik tradisional. Konon ceritanya
Brendung ini merupakan jelmaan sosok bidadari yang cantik. Dulu Brendung
dimainkan seusai musim panen sebagai rasa syukur, namun kadang juga dipentaskan
saat musim kekeringan tiba untuk mengusir roh jahat agar warga dapat bertani
kembali.
Sebelum
pertunjukkan dimulai Brendung harus dibawa terlebih dahulu menuju sebuah pohon
keramat di desa Sarwodadi yang diyakini memiliki aura mistis dan sangat dijaga
keberadannya agar tidak ditebang. Ritual kali ini dipimpin oleh bapak Pardi
serta ibu sesepuh di desa Sarwodadi. Ritual yang harus dilakukan sebelum pertunjukkan
adalah dengan cara membakar kemenyan di bawah pohon keramat dan dibacakan
mantera oleh pak Pardi dan ibu sesepuh desa yang tidak aku pahami karena
seperti menggunakan bahasa Jawa Kuno. Ketika memasuki kebun yang terdapat pohon
keramat tersebut aku mulai merasakan aura mistis disekitarnya.
Ritual sebelum pertunjukkan dengan cara membakar
kemenyan di bawah pohon keramat
|
Lantas
kenapa kesenian Brendung memiliki ritual mistis di dalamnya? Jadi saat pertunjukkan,
boneka Brendung dimainkan dengan cara diangkat oleh beberapa orang. Saat
diangkat itulah boneka Brendung yang bernama Juleha itu akan terasa sangat berat
dan menari-nari sendiri tanpa bantuan orang yang memainkannya, seperti terdapat
sosok makhluk yang merasuki boneka Brendung. Pada awalnya aku dan beberapa
teman kelompok pembuatan film tidak percaya dengan hal tersebut. Akan tetapi
setelah mencoba merasakannya sendiri baru lah kita percaya bahwa hal tersebut
benar adanya.
Kemudian
karena aku sangat tertarik dengan kesenian Brendung ini, akhirnya aku
memutuskan untuk ikut serta memainkannya. Sebelum pertunjukkan aku dikenalkan
beberapa alat musik pendukung dan dilatih oleh pak Pardi untuk belajar
memainkannya. Aku memutuskan memilih memainkan alat musik yang lumayan mudah
yaitu alat yang terbuat dari gentong tanah liat yang berukuran sedang dan alat
pemukulnya yang menggunakan bambu masing-masing berjumlah dua buah.
Ada
juga alat musik lain yang sangat berbeda dan tidak ditemui di pertunjukkan lain
yaitu alat musik yang terbuat dari bambu berukuran sekitar 30 cm berjumlah dua
buah. Cara memainkan alat musik tesebut yaitu dengan cara memukulkannya ke bata
merah sesuai dengan irama yang diinginkan. Selain alat musik tersebut juga
masih ada sebuah gendang, gamelan serta sinden yang menyanyikan lagu dan syair berbahasa
Jawa. Konon ceritanya lagu oleh sinden tersebut merupakan mantera untuk
memanggil roh-roh halus dan memasuki boneka Brendung. Perpaduan beberapa alat
musik tersebut menghasilkan irama yang sangat pas dan sesuai untuk mengiringi
boneka Brendung bernama Juleha.
Pak Pardi saat mengajariku memainkan alat musik
untuk mengiringi Brendung
|
Setelah
melakukan beberapa persiapan serta teman-teman siap untuk merekam Brendung
akhirnya pertunjukkan siap dilaksanakan. Pada mulanya aku sangat grogi karena
ini pertama kalinya aku ikut serta melihat pertunjukkan Brendung ditambah lagi
juga pertama memainkan alat musik pengiringnya. Namun, pikirku ini akan menjadi
pengalaman yang sangat luar biasa indah.
Tidak
terasa warga sekitar juga mulai berkumpul dan sangat antusias untuk melihat
pertunjukkan Brendung. Awalnya saat persiapan hanya sedikit anak-anak yang
sedang bermain ikut serta mengganggu ritual di pohon keramat. Tetapi, aku
merasa senang dengan kehadiran anak-anak tersebut karena mereka juga bisa
belajar ritual dari awal sampai akhirnya Brendung dapat dipentaskan. Suatu saat
anak-anak di desa itu bahkan desa lain juga tetap dapat memainkan dan
melestarikan kesenian yang sudah sangat jarang dipentaskan ini.
Warga
masayarkat desa Sarwodadi memang sangat antusias dengan keberadaan kami karena
tidak hanya banyak siswa SMA membawa banyak kamera tetapi juga memang sangat
tertarik untuk menyaksikan pertunjukkan Brendung ini. Mereka sangat jarang
melihat pertunjukkan ini karena memang sudah jarang untuk dimainkan, hanya
waktu tertentu saja Brendung dapat dipentaskan. Kami termasuk kelompok yang
sangat beruntung karena dapat meminta Brendung untuk dipentaskan tetapi dengan
ritual yang lebih singkat. Namun untuk hari-hari tertentu yang sangat penting,
ritualnya akan menjadi lebih lama. Beberapa hari sebelum dimainkan Brendung
harus diletakkan sekian hari di bawah pohon keramat dan melewati beberapa
ritual lainnya. Aku harap mulai sekarang dan seterusnya Brendung akan lebih
sering dipentaskan baik dalam acara di lingkungan Pemalang maupun luar
Pemalang.
Pada
akhirnya, aku tersadar dengan ikut memainkan alat musik ini, bahwa kalau bukan
generasi muda sepertiku yang melestarikannya, lalu siapa lagi? Aku mencoba
memulai mencintai kesenian tradisional yang ada di daerahku dengan ikut serta
memainkannya. Semoga kesenian Brendung asli desa Sarwodadi Kabupaten Pemalang
ini bisa lebih sering dimainkan pada beberapa kesempatan pertunjukkan budaya.
Kemudian selain harus mendapatkan perhatian dan dukungan dari pemerintah, warga
sekitar juga harus ikut melestarikan kesenian kuno ini termasuk generasi muda
sepertiku karena Brendung merupakan aset seni dan budaya yang harus dijaga
keberadannya.
boleh minta no hp mas, saya org pemalang lagi dalam proses skripsi ttg brendhung. mhon bntuannya mas, hehehe
BalasHapuswah, masalahnya itu saya berkutat dengan brendung pas SMA mas, skrg sudah lulus kuliah, hehe. tapi rumahku deket sih dengan tempat brendung itu.
Hapus085786225841
gatau juga nih bisa bantu apa,hehe
Playtech signs multi-brand distribution deal with NGT
BalasHapusPlaytech has announced a multi-brand distribution deal with 남원 출장샵 NGT. It 나주 출장샵 will give its online gaming 세종특별자치 출장마사지 products more 남양주 출장샵 power to 군산 출장샵 market in a number